Oleh : Ir.KRAy.SM.Anglingkusumo
SPd.M.Eng
Berbusana yang baik juga merupakan seni. Seni
berbusana sangatlah kompleks dan komponennya banyak, termasuk underwear
(pakaian
dalam) seperti longtorso, step in,
pettycoat,selain itu masih ada aksesori,
seperti kalung,gelang,giwang,anting, alas kaki seperti selop, sepatu,
pelengkap lain seperti selendang, syaal dll.
Komponen beraneka ragam ini masing masingt juga
merupakan karya seni tersendiri, sehingga harus dipadu untuk menghasilkan
tampilan berbusana yang serasi, menarik
dan nyaman dipandang.
Suatu karyacipta busana yang utuh dapat dihargai
sebagai karya seni terapan jika sesuai dan serasi dengan orang yang
mengenakannya.
Busana menjadi bertambah nilai seninya bila
dipadu tidak hanya dengan aksesori, tetapi menjadi ”hidup” bila yang
mengenakan dapat memberikan kesan yang
pas dengan desainnya.
Karena itulah kepribadian sipemakai menjadi
bagian penting yang harus diperhatikan.
Dalam seni busana kita mengenal elemen2 moti
sepertigaris,lingkaran,bentuk, warna dan jenis
bahannya.
Kita akan dapat mencipta busana yang mempesona
bila mengerti tentang kegunaan , kelebihan dan kekurangan bahan yang akan
dibuat dengan desain dan karakter pemakainya.
SENI
TATA BUSANA ADAT
Dalam busana adat, warna mempunyai makna tertentu
juga. Warna warna kebesaran atau keagungan di negeri kita misalnya warna merah,
kuning, kuning emas, hijau, hitam.
Kalau tadi kita berbincang mengenai BUSANA
NASIONAL maka sangatlah berbeda dengan apa yang disebut BUSANA ADAT.
Seni tata busana adat mempunyai pakem atau aturan aturan yang lebih
rumit,ketat dan sarat dengan makna makna filosofis.
Busana adat terikat pada tatanan warna,bentuk,aksesori dan pelengkap yang
unik, banyak dan pada saat ini memerlukan
bantuan ahli untuk mengenakannya.
Busana adat saat sekarang jarang sekali digunakan karena peristiwa adat
juga jarang diadakan , tidak sebagaimana yang terjadi pada masa lalu.
Contoh yang paling sederhana adalah busana ”semekanan” atau penggunaan
”kemben” pada adat Jawa, hanya digunakan pada saat ziarah kemakam raja raja di
Imogiri Yogyakarta, atau pada upacara di Karaton Yogya maupun Solo, padahal
pada zaman dahulu busana semacam itu digunakan setiap hari dalam istana .Bahkan
tatarias rambutnyapun memakai ”gelung tekuk” atau ”ukel ageng” yang hiasan
sanggulnyapun anatara abdi dalem,bangsawan biasa maupun
Para ”Putri Dalem” ( putri putri raja ) yang sudah menikah atau yang belum
menikah, sangat berbeda.
Baju Adat Sumatra Barat misalnya, sarung songket dengan baju kuruang ( baju
kurung) ,aksesorinya sangat banyak, misalnya gelangnya saja terdiri dari lima
macam bentuk, kalungnya pun tidak hanya satu tetapi ber tumpuk tumpuk dari yang
pendek sampai yang panjang kedada. Demikian pula tutup kepalanya berbeda beda,
sesuai
Dengan tingkatan kedudukan adat maupun upacara adatnya.
Sanggul yang dikenakan pun ditata unik, salah satunya disebut sanggul ”
malacuik kuduak” dengan aksesori rambut dan bunganya yang indah.
Pada jaman dahulu busana adat Indonesia dipengaruhi oleh agama Hindu yang
masuk ke Indonesia sehingga hampir diseluruh suku negeri kita busana untuk
perempuan terbuka bagian dadanya, contoh yang sampai sekarang masih dapat
dilihat adalah pada busana pengantin Palembang ”Aesan Gede” atau yang dipakai
para penari Gending Sriwijaya, di Solo
dan Yogya ada busana pengantin ”Basahan” dan ” Paes Ageng”, demikian pula di
daerah Bali, Lombok, Nusa Tenggara Timur dll.
Setelah masuknya Agama Islam, mulailah dikenal busana yang menutup dada
seperti busana ” Takwa” dengan kerah cina dan lengan yang panjang di Aceh, baju
kurung di Sumatra Barat, Kebaya panjang di Riau,Kalimantan dan Jawa, baju Labu,
baju bodo, baju cele dsb.
TATA BUSANA DAERAH
BUSANA DAERAH berbeda dengan BUSANA ADAT. Tatanan busana daerah tidak
terikat strata /kedudukan adat atau kebangsawanan seseorang melainkan merupakan
busana berciri khas daerah yang umum dikenakan
didaerah tersebut.
Perlengkapan dan aksesorinyapun tidak terikat pakem, tetapi menyesuaikan
acara contohnya seperti busana untuk pesta lebih gemerlap, untuk sehari hari sangat sederhana atau tanpa
perhiasan,dan busana daerah ini juga dapat
dipadukan dengan perhiasan2 masakini, sedangkan busana adat harus memakai
prhiasan dan pelengkap lainnya yang bentuknya asli.
PROSES PERKEMBANGAN KEBAYA
Dipulau Jawa kebaya mengalami berbagai proses perkembangan.
Diantaranya adalah :
a . Kulambi Bunton/Kulambi Landung yang biasa
disebut baju kurung
dengan pola kuno dan
merupakan baju yang dipengaruhi agama
Islam dari India ,
Pakistan dan Bangladesh, seperti baju kuruang
Dari Sumatra Barat.
b . Kulambi Pranaq`an ( keturunan campuran
).Bentuk seperti tali
tetapi pendek ” wates bokong” (sebatas
pantat) dengan model kerah
leher yang tinggi seperti
krah Cina.
c . Kulambi kutangan yaitu baju tanpa krah dan
lengan sampai siku.
d . Kulambi Taqwo, pendek seperti diatas. Bagian
depan sudah mulai
terbuka ( blak blakan),
tetapi ditutup, yang sebelah kiri kekanan
dan dari kanan kekiri, krah
yang tinggi dengan tiga buah kancing
dobel. Taqwo artinya takwa,
busana karya cipta Sunan Kalijaga,
pada jaman Sultan Agung,
dengan harapan agar umat Islam senanti
asa bertakwa kepada Allah
swt.
Baju takwa ini tidak hanya
dikenakan kaum perempuan tapi juga
laki laki. Dan yang sampai
sekarang masih digunakan adalah baju
adat Kalimantan Timur.
e . Kulambi kotang yaitu seperti point b, tetapi
dibagian depan tertutup
(bunton ) dapat juga
dipakai seperti baju takwa yang bagian depan
nya terbuka ( blak blak
an/byak byakan).
f . Kulambi Kebaya yaitu istilah yang diambil
dari bahasa Persi
” kabaai ”, pakaian yang
berbentuk seperti blus (blouse)wanita
Eropa, dibagian depan
terbuka yang pada jaman itu hanya dipakai
para
perempuan kalangan atas dengan rangkaian peniti tiga atau
kancing
hias kecil kecil.
Pola kebaya jaman dahulu terdiri dari lima potong, yaitu satu
helai
Kain yang ditekuk dibagian tengah dan diberi
lubang leher,dibuka
sampai kebawah, kemudian dibagian depan
terdapat dua potong
lagi yang disebut ”gir” yang disambung dari
leher kebagian depan,
dan dua buah lengan yang semakin kebawah
semakin ketat. Selain
itu dapat diberi tambahan renda renda atau
sulaman (pengaruh
cina ) atau dihias ”plisir” yaitu semacam
bisband berwarna emas
perak
maupun pita beludru yang disulam benang emas (untuk para
bangsawan).
g . Kulambi kebaya ” angkel-angkel” adalah kebaya
yang bagian depan
terbuka,
memakai krah leher tinggi dengan tiga kancing dobel, dan
model
lengan ”mayang mekar” dan berbentuk
”merid” (sempit)
serta diberi sembilan buah
kancing ”kulate” pada pergelangannya.
Panjang kebaya sampai
dibawah bokong ( malih bokong ).
h . Kulambi kebaya ”sampir” dibagian depan terbuka
yang dapat ditu
tup dengan kancing atau
peniti hias, panjang kebaya sampai diba
wah bokong tanpa mayang
mekar, lengannya memakai sembilan
kancing kulate. Krah leher
dari atas kebawah berupa tambahan
bahan sama yang disebut
”gir”.
KEBAYA PENDEK JAWA
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia,Kraton kraton di Jawa masih sangat
dipengaruhi zaman Hindu, sehingga para perempuan dalam kraton hanya memakai
”kemben” sebagai penutup dada.
Sedangkan ketika berada diluar kraton mereka memakai kebaya
Sesuai dengan ”status” nya, seperti kulambi kebaya yang kemudian juga
berkembang sejalan dengan aspek aspek yang mempengaruhinya.
Macam macam kebaya yang dipakai oleh kerabat Kraton tersebut menunjukkan
status pemakainya.
KEBAYA PENDEK LAINNYA ;
Bentuk kebaya pendek lainnya adalah ”kebaya sikepan” atau ”kebaya-
Janggan” biasanya dikenakan oleh ”Priyantun Dalem” dan para Nyai
Menggung atau seragam polisi wanita di Kraton.
Akan tetapi pernah juga dikenakan oleh Permaisuri Susuhunan Paku
Buwono X beserta kerabat kraton ketika berkunjung ke Bogor silaturahmi
kepada Gubernur Jendral ( merupakan ”mentering” atau
Seragam khusus untuk pesiar ketika itu ).
KEBAYA SIKEPAN DARI KUTAI
( Kalimantan Timur ).
Keluarga Raja Kutai memakai kebaya ”sikepan” dengan kain batik motif parang
( lereng) . Kebaya ini berleher krah Cina, bagian depan kebaya
Tertutup dengan tambahan bahan bersulam penuh benang emas dan bulu bulu
burung, sedang pola pinggiran lengan dan leherpun disulam
Benang emas yag sama.
KEBAYA DARI NUSA TENGGARA
Perempuan di Kupang , Timor atau Nusa Tenggara Timur mengenakan baju katun
warna putih dengan pola kebaya pendek dipadu sarung tenun
Bergaris horisontal. Kebaya bagian depan terbuka dan ditutup deengan
Peniti hias/brosch.Demikian pula kebanyakan perempuan di daerah
Nusa Tenggara Barat ( Sumbawa dan
Lombok ) memakai kebaya yang di
pakai orang Jawa umumnya namun dipadu dengan sarung pelekat.
KEBAYA BALI
Kebaya Bali dikenakan perempuan Bali
dengan paduan sarung Bali untuk upacara keagamaan se hari harinya.Mereka
dikenal sebagai perempuan pekerja sehingga memerluka pakaian yang praktis.
Pola kebayanya dipotong lebih pendek daripada umumnya,demikian pula panjang
lengannya sedikit pendek , selendang biasanya dililitkan
pada pinggangnya.
KEBAYA MADURA
Perempuan Madura sehari hari juga mengenakan kebaya, tetapi karena pada
umumnya untuk bekerja, kebaya inipun lebih pendek dari biasa
nya dan seringkali ujung kebaya
diikat, dan mengenakan sarung batik Madura yang dilipat kira2 30 cm, dililitkan
dibagian bawah perut dikencangkan dan dikeluarkan pangkal ujung kainnya hingga
pusernya terlihat dan cara memakai sarungnya hanya sampai setinggi dibawah
lutut sehingga betisnya tampak dan perhiasan berupa gelang kaki.
KEBAYA PENDEK DARI DAERAH LAIN
Yang sekarang disebut kebaya Kartini sebenarnya berasal dari mode
yang mendapat pengaruh Eropa, misalnya kebaya dengan kerung leher
persegi, lengan yang melebar yang biasa dikenakan perempuan Sunda,
kebaya istri Demang atau istri pembesar di kampung yang memakainya
dipadu dengan kain tenun yang disebut ” Punjung Dianggak” sedangkan
selendangnya juga tenun ( selengkap balak)
dengan benang emas yang
panjang tersampir dikiri dan kanan bahu.
MODIFIKASI PADA KEBAYA PENDEK
Tidak saja pada abad 20 an ternyata pakaian tradisi sudah dimodifikasi
Sejak dahulu agar memakainya lebih praktis dan tetap menarik.
Pada abad 19 perempuan Indonesia sudah mempunyai keingininan
Berhias dan berbusana apik ,rapih,praktis, dengan mengkombinasi ber
bagai bahan, termasuk aneka renda, kancing,bulu, lipit lipit,selendang
pelangi, dsb.demikian juga ”cape” atau ”rimong” (bhs.Jawa) semacam modifikasi
dari selendang besar untuk hawa dingin, atau mantel yang
dihiasi bulu bulu yang serasi dengan topi banyak digunakan par putri
raja ketika pesiar menunggang kuda, menonton pacuan kuda ataupun
bepergian dengan kereta kuda.
Pada masa remaja GBRA (Gusti Bandoro Raden Ajeng) Siti Nurul yaitu
Putri KGPAA ( Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo) Mangkunagoro
VII dari istana Mangkunegaran Solo yang terkenal kecantikannya ketika
beranjak dewasa dilarang ibundanya mengenakan ”yapon” atau gaun
Barat, dan harus mengenakan kain kebaya, maka beliau memodifikasi
Kebaya yang lazim pada waktu itu dengan gaya yang baru sesuai selera
Modern beliau baik bentuk kerung leher, lengan dan berbagai
renda,lipit,bisband berbagai bentuk krah kebaya,bermacam pemakaian
selendang dsb. sebagai bentuk baru dari kebaya yang menurut beliau kurang
sesuai dengan selera gadis kala itu.
Perubahan ini membuat para gadis dan remaja putri bergairah dan senang
mengenakan kebaya lagi.
KEBAYA PANJANG
Riwayat kebaya panjang yang lebih dahulu dikenal daripada kebaya pendek,
juga mengandung unsur kimono Cina/Jepang , blus orang
Muslim dari India dan Pakistan. Dalam perjalanan modenya, kebaya
serupa ini dikenakan di kepulauan Riau ,oleh orang orang Melayu dan
Dalam perkembangannya sering menjadi pengganti baju kurung yang
Sudah dianggap kurang praktis karena memakainya ribet atau repot bagi
perempuan yang bersanggul.
Kebaya panjang ini juga dikenakan oleh para kerabat kraton di Jawa,
terbuat dari bludru, sutra Cina yang dikemudian hari dengan kemajuan
Industri tekstil dapat juga digunakan bahan dari sutra Thailand, sutra
Makassar, satin halus, maupun kain lace dll.
Panjang kebaya sampai dibawah lutut , bagi para putri kraton dihias dengan ”plisir”
yaitu pita emas atau renda emas atau pita bludru (beledu) yang disulam dengan
benang ”Gym” yaitu benang yang terbuat dari emas atau kalau sekarang dari logam
tembaga atau perak,yang dicelup warnakeemasan maupun warna silver.
Selain di Jawa , perempuan Riau
,Medan, Sumatra Barat dsb juga menggunakan kebaya panjang dengan lengan yang
lebih longgar dan panjangnya
tigaperempat lengan.
No comments:
Post a Comment